Kamis, 06 Mei 2010

Hantupun di Sensus !

Kejadian ini benar-benar terjadi (Kisah Nyata). Awal-awal kegiatan Sensus Penduduk merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan. Bayangkan tanggal 4 Mei 2010 listing tahap pertama sudah harus selesai, sedangkan tanggal 8 Mei 2010, listing tahap kedua harus sudah selesai, karena akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pencacahan lengkap data rumahtangga (C1). Ibarat mesin, stamina harus dijaga, dan tekan tombol "Turbo" untuk percepatan kegiatan listing, yang hanya dijatah cuma 1 minggu. Walaupun kerjanya tim, tapi bila rumahtangga yang didatangi se"abreg" ya cukup melelahkan. Cuma kadang-kadang setiap petugas awal-awal punya semangat yang tinggi, maunya cepat selesai, kalau perlu sampe malam.

Demikian juga Dian, salah satu petugas Mitra Statistik, yang bertugas di Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, punya cerita sendiri saat melakukan listing bangunan dan rumahtangga. Saat melakukan listing memang setiap petugas diberi beban masing-masing blok sensus. Dia mendapat jatah sebuah blok sensus yang merupakan perumahan yang cukup padat, sebut saja Mutiara Pluit. Sebagai petugas baru, apalagi baru mengabdi pada BPS kota Tangerang, tentunya harus menunjukan hasil pekerjaan yang sebaik-baiknya, dan tidak memolor-molorkan pekerjaan, apalagi ditunda-tunda " entar- entar " aja. Dia juga ingin membuktikan bahwa dirinya mitra terbaik, dan tidak akan mengecewakan BPS. Biar berkelanjutan, katanya.

Nah kebetulan kerjaan lagi tanggung nih, dan hari mulai gelap. Setelah sholat maghrib di mushola dalam perumahan tersebut, Dianpun segera melanjutkan melakukan listing, satu demi satu bangunan berhasil dia listing dan didatanginya untuk mengetahui jumlah anggota rumahtangga, dan tak lupa dia menempelkan stiker pada bangunan tersebut. Langkah demi langkah, dia lakukan, sampai akhirnya sampai pada rumah yang penerangannya agak remang-remang (mungkin orangnya agak pelit, sehingga lampu jalanpun pake lampu 5 watt). Dengan tanpa ragu, Dianpun melangkah menuju rumah tersebut, dan sampailah di pintu. Tak lupa mengucap salam dan mengetuk pintu, maklum udah agak malam. Seorang bapak-bapak membuka pintu, dan mempersilahkan masuk, Dianpun masuk dan menanyai semua anggota rumahtangga yang tinggal di rumah tersebut. Sebagai kepala rumahtangga (sebut saja Somat), dia pun menyebutkan semua anggota rumahtangga satu per satu, mulai dari dia sendiri, dan anak istrinya yang sedang tidak berada di rumah. Sehingga dalam daftar L1, Dian menuliskan 3 anggota rumahtangga dirumah tersebut, 2 laki-laki (bapak Somat dan anak laki-lakinya) dan 1 perempuan, yaitu istrinya. Setelah merasa cukup, Dian pun segera melajutkan ke rumahtangga berikutnya, tak lupa menempelkan stiker.

Sampai rumah berikutnya, kebetulan rumah pak RT, seperti biasa Dian mengorek keterangan juga, anggota rumahtangga tersebut. Iseng-iseng, pak RT nanyain (yang namanya ketua RT ikut peduli barangkali ada warganya yang belum dicacah), "udah nyacah dari mana aja?" tanya pak RT. Dijawab, "Sebagian besar sudah, barusan dari rumah sebelah..." pak RT kaget, "emang ada orangnya? setahu saya, ibu dan anak penghuni rumah tersebut udah seminggu belum pulang".
"ah masa?" Dianpun kaget. Rasa penasaran pak RT pun muncul, dilihatlah daftar nama di dokumen L1, dengan nama kepala rumahtangga " Somat"

"Ha???" orang itu kan udah meninggal setahun yang lalu...... hihihi
"jadi, barusan saya mencacah ....??!!! tanpa pikir panjang Dian pun kabur tanpa sempat pamitan ama pak RT

Saya ngga bayangin kalo saya dia dicacah pake dokumen C1, nah pertanyaan terakhir di halaman yang terakhir pasti lebih seru, saat pencacah menanyakan , "apakah ada anggota rumahtangga yang meninggal setahun yang lalu (sejak 1 januari 2009)?" pasti dijawab ,"ada, ya.... saya sendiri...pak Somat"

Diceritakan kembali oleh Uya (Korlap)

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar