Kamis, 20 Mei 2010

Petugas Sensus disandera, dikira Maling

Peristiwa naas yang terjadi pada salah satu pencacah Sensus Penduduk 2010 (PCL)saat dilakukan listing pada tanggal 3 Mei 2010, di Kecamatan Cibodas, desa Uwungjaya. Biasanya awal-awal pencacahan dilakukan dengan rasa semangat berapi-api. Tim SP2010 yang dikoordinasi oleh Budi S yang merupakan Kortim di blok sensus tersebut berjalan lancar-lancar saja. Seperti biasa, tim tersebut menelusuri wilayah blok sensus yang menjadi tanggungjawab tim tersebut. Dengan rasa percaya diri, tim tersebut mengamati satu persatu bangunan rumah di komplek tersebut untuk membedakan jenis bangunan yang dikunjungi, apakah satu bangunan fisik atau satu bangunan sensus, apakah tersebut bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tinggal, atau bangunan bukan tempat tinggal.

Nah saat listing bangunan, tim berpencar satu sama lain. Salah satu PCL, sebut saja Udin (bukan nama samaran), yang bertampang mirip preman dengan tubuh tinggi dan kekar memang lebih memilih lingkungan komplek perumahan yang cukup padat, walaupun lingkungan tersebut asing bagi dia. Komplek tersebut memang agak rawan maling, dan sering terjadi kemalingan, dan tidak tidak kenal waktu, mau malam, siang, pagi, apa sore pokoknya kalau ada warga yang meleng, bisa jadi incaran maling. Jadi tidak salah kalo setiap warga komplek tersebut tetap waspada.

Udin dengan tenangnya melisting satu persatu bangunan fisik dan bangunan sensus, dengan menelusuri jalan gang-gang kecil. Sesekali dia balik lagi, takut ada yang ketinggalan. Satu demi satu rumah diketoknya, dan menanyakan berapa jumlah anggota rumahtangga yang ada di rumah tersebut. Bila tidak ada penghuninya, terpaksa dia menanyakan kepada tetangganya, untuk memastikan apakah rumah tersebut kosong atau tidak, dan sekaligus menanyakan jumlah penghuni rumah tersebut.

Ibarat tersambar geledek, tiba-tiba sekelompok orang warga setempat menangkapnya, "nah ini dia malingnya..." si Udin pun meronta "ada apa ini..., kok tiba-tiba saya ditangkap". "Udah jangan pura-pura loe.... pake nyamar jadi petugas sensus segala...!!!, kata salah satu warga dengan kencang. Petugas keamanan pun meminta sabar jangan main hakim sendiri. "ini pasti maling pak, jelas dari tadi mondar- mandiri, buka pintu pagar, siapa lagi kalau bukan dia !!!" bentak salah seorang warga kesal. Si Udin pun tidak dapat berbuat banyak, dan warga semakin banyak yang berdatangan.

Rupanya salah satu rumah tangga kemalingan, dan salah satu warga (tetangganya) melihat petugas sensus baru saja keluar dari rumah tersebut, dan dari tadi petugas tersebut modar mandir (kayak sentrika) dengan gelagat mencurigakan. Sehingga warga memastikan kalau orang tersebuut maling yang selama ini diicar warga, karena cukup meresahkan warga.

Untungnya si Udin segera menelpon pak Budi, koordinator tim (kortim)nya yang merupakan ketua RW setempat. Dengan segera, Budi pun menemui si Udin dan menjelaskan bahwa dia merupakan petugas Sensus Penduduk 2010, dan secara prosedur dia harus mendatangi rumah satu per satu untuk melakukan listing bangunan dan rumahtangga. Walaupun tapangnya preman namun orangnya baik hati dan sangat ulet saat bekerja, sehingga saking telitinya mengamati rumah malah dicurigai sebagai maling.

Udin pun bersyukur tidak babak belur diamuk warga, dan dia minta maaf belum minta ijin terlebih dahulu kepada ketua RT setempat, walaupun sebenarnya pak RW sendiri sudah memberitahukan kepada semua ketua RT, bahwa mau akan diadakan sensus penduduk pada bulan Mei 2010. Peristiwa tersebut juga dijadikan pengalaman bagi dia, pentingnya keramahan dengan warga dan kerjasama dengan tim

Udin sebenarnya sempat kesel, padahal dia pakai rompi, topi SP2010, tanda pengenal dan surat tugas, ditambah tas SP2010, kok tetap disandera dan masih dicurigai maling, gimana kalau dia tidak bawa kelengkapan yang jelas, bisa-bisa warga langsung main pukul. Mudah-mudahan peristiwa tersebut tidak menimpa kepada PCL yang lain.

Diceritakan kembali oleh Josep (korlap) Baca Selengkapnya...

Artikel Terkait



Kamis, 06 Mei 2010

Hantupun di Sensus !

Kejadian ini benar-benar terjadi (Kisah Nyata). Awal-awal kegiatan Sensus Penduduk merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan. Bayangkan tanggal 4 Mei 2010 listing tahap pertama sudah harus selesai, sedangkan tanggal 8 Mei 2010, listing tahap kedua harus sudah selesai, karena akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pencacahan lengkap data rumahtangga (C1). Ibarat mesin, stamina harus dijaga, dan tekan tombol "Turbo" untuk percepatan kegiatan listing, yang hanya dijatah cuma 1 minggu. Walaupun kerjanya tim, tapi bila rumahtangga yang didatangi se"abreg" ya cukup melelahkan. Cuma kadang-kadang setiap petugas awal-awal punya semangat yang tinggi, maunya cepat selesai, kalau perlu sampe malam.

Demikian juga Dian, salah satu petugas Mitra Statistik, yang bertugas di Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, punya cerita sendiri saat melakukan listing bangunan dan rumahtangga. Saat melakukan listing memang setiap petugas diberi beban masing-masing blok sensus. Dia mendapat jatah sebuah blok sensus yang merupakan perumahan yang cukup padat, sebut saja Mutiara Pluit. Sebagai petugas baru, apalagi baru mengabdi pada BPS kota Tangerang, tentunya harus menunjukan hasil pekerjaan yang sebaik-baiknya, dan tidak memolor-molorkan pekerjaan, apalagi ditunda-tunda " entar- entar " aja. Dia juga ingin membuktikan bahwa dirinya mitra terbaik, dan tidak akan mengecewakan BPS. Biar berkelanjutan, katanya.

Nah kebetulan kerjaan lagi tanggung nih, dan hari mulai gelap. Setelah sholat maghrib di mushola dalam perumahan tersebut, Dianpun segera melanjutkan melakukan listing, satu demi satu bangunan berhasil dia listing dan didatanginya untuk mengetahui jumlah anggota rumahtangga, dan tak lupa dia menempelkan stiker pada bangunan tersebut. Langkah demi langkah, dia lakukan, sampai akhirnya sampai pada rumah yang penerangannya agak remang-remang (mungkin orangnya agak pelit, sehingga lampu jalanpun pake lampu 5 watt). Dengan tanpa ragu, Dianpun melangkah menuju rumah tersebut, dan sampailah di pintu. Tak lupa mengucap salam dan mengetuk pintu, maklum udah agak malam. Seorang bapak-bapak membuka pintu, dan mempersilahkan masuk, Dianpun masuk dan menanyai semua anggota rumahtangga yang tinggal di rumah tersebut. Sebagai kepala rumahtangga (sebut saja Somat), dia pun menyebutkan semua anggota rumahtangga satu per satu, mulai dari dia sendiri, dan anak istrinya yang sedang tidak berada di rumah. Sehingga dalam daftar L1, Dian menuliskan 3 anggota rumahtangga dirumah tersebut, 2 laki-laki (bapak Somat dan anak laki-lakinya) dan 1 perempuan, yaitu istrinya. Setelah merasa cukup, Dian pun segera melajutkan ke rumahtangga berikutnya, tak lupa menempelkan stiker.

Sampai rumah berikutnya, kebetulan rumah pak RT, seperti biasa Dian mengorek keterangan juga, anggota rumahtangga tersebut. Iseng-iseng, pak RT nanyain (yang namanya ketua RT ikut peduli barangkali ada warganya yang belum dicacah), "udah nyacah dari mana aja?" tanya pak RT. Dijawab, "Sebagian besar sudah, barusan dari rumah sebelah..." pak RT kaget, "emang ada orangnya? setahu saya, ibu dan anak penghuni rumah tersebut udah seminggu belum pulang".
"ah masa?" Dianpun kaget. Rasa penasaran pak RT pun muncul, dilihatlah daftar nama di dokumen L1, dengan nama kepala rumahtangga " Somat"

"Ha???" orang itu kan udah meninggal setahun yang lalu...... hihihi
"jadi, barusan saya mencacah ....??!!! tanpa pikir panjang Dian pun kabur tanpa sempat pamitan ama pak RT

Saya ngga bayangin kalo saya dia dicacah pake dokumen C1, nah pertanyaan terakhir di halaman yang terakhir pasti lebih seru, saat pencacah menanyakan , "apakah ada anggota rumahtangga yang meninggal setahun yang lalu (sejak 1 januari 2009)?" pasti dijawab ,"ada, ya.... saya sendiri...pak Somat"

Diceritakan kembali oleh Uya (Korlap) Baca Selengkapnya...

Artikel Terkait



Awal kegiatan Sensus Penduduk 2010

Tanggal 1 Mei 2010 merupakan tanggal yang cukup bersejarah bagi Badan Pusat Statistik (BPS). Hari itu buka lantaran karena hari buruh, yang selalu diiringi oleh berbagai demo besar-besaran di seluruh Indonesia, atau hari awal gajian bagi pegawai negeri. Tapi tanggal 1 Mei tersebut sebagai awal pelaksanaan Sensus Penduduk seluruh Indonesia. Setiap warga negara baik Indonesia maupun asing yang berada di wilayah Indonesia harus dihitung (disensus). Sosialisasi Sensus pendudukpun ada dimana mulai dari spanduk-spanduk yang bertebaran, acara TV, Iklan baik di TV maupun di koran/majalah, website. Sampai-sampai Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata pun ikut memeriahkan suasana menjelang Sensus Penduduk 2010. Tidak tanggug-tanggung, sebagai bintang tamu, seorang Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI), Rusman Heriawan.

Berbagai kegiatan, sebagai awal kegiatan Sensus Penduduk pun dilakukan seperti listing bangunan fisik, bangunan sensus, pendaftaran rumahtangga, dan penempelan stiker. Sedangkan kegiatan monitoringpun secara paralel dilakukan. Pengawasan lapangan untuk mengontrol kegiatan pencacahan, tim task force untuk mencacah wilayah elite dan blok sensus persiapan yang tidak terpetakan, dan tim manajemen kualitas untuk mengontrol kualitas kegiatan pencacahan.

Beberapa komplin juga ada yang datang dari masyarakat, walaupun baru tahap listing. Seperti warga merasa belum dicacah, rumah cuma ditempel stiker dan tidak didatangi petugas sensus. Keluhan-keluhan dari masyarakatpun segera ditindak lanjuti tim pengawas dari BPS, baik dari pusat, provinsi maupn kabupaten/kota. Kami sendiri pernah didatangi oleh salah satu warga di salah satu kelurahan di kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, saat melakukan pengawasan lapangan di kelurahan tersebut. Salah satu warga bertanya :"Bapak petugas sensus ya? Kok rumah saya tidak didatangi petugas? Kok cuma ditempeli stiker dan tidak didata?"

Kami pun mengakomodir informasi yang disampaikan orang tersebut, dan mencari petugas PCL maupun koordinator tim (kortim) yang bertugas pada blok sensus tersebut dan RT/RW tersebut. Setelah dikonfirmasi ternyata, memang orang tersebut (seorang ketua RT), kebetulan saat dikunjungi dirumahnya, sedang keluar rumah. Yang ada dirumah cuma anaknya yang masih sekolah. Tentu saja seorang petugas sensus, tidak menunggu bapak anak itu pulang, jadi setelah mengetahui informasi jumlah anggota rumahtangga yang tinggal di rumah tersebut, langsung menempel stiker dan pergi melanjutkan ke rumahtangga berikutnya. Memang tidak semua laporan maupun pengaduan itu benar, kita harus bijak menanggapinya. Selidiki dulu baru berkomentar....

Selamat berjuang petugas sensus. SALAM SENSUS Baca Selengkapnya...

Artikel Terkait



Hantu Nimbrung Dalam Pelatihan SP2010 bagian 2

Pelatihan petugas Sensus Penduduk 2010, sudah berakhir pada akhir bulan April lalu. Banyak bebeapa cerita menarik, dalam pelaksanaan pelatihan lalu. Seperti halnya cerita pada hotel yang cukup menyeramkan di Pantai Anyer, beberapa waktu lalu. Sehingga ada makhluk halus yang mencoba merasuki peserta pelatihan.

Kalau yang ini lebih dasyat lagi. Pelatihan petugas PCL, dan Kortim di salah satu sekolah PGRI di Kota Tangerang, memang cukup lancar baik hari pertama dan kedua. Para calon petugas sensus cukup serius mengikuti jalannya proses belajar mengajar. Panas dan terik matahari yang kadang menyengat sesaat pada pelaksanaan try out petugas sebagai ajang latihan sebelum melakukan tugasnya yang sebenarnya, tidak membuat para peserta mengeluh atau patang menyerah (kayak mau perang aja). Kelompok petugas PCL saling membantu, sehingga membentuk tim yang cukup solid. Harapan yang ada dibenak masing-masing pasti sama, mudah-mudahan pelaksanaan Sensus Penduduk 2010 berjalan dengan baik.

Hari ketiga memang merupakan saat-saat yang cukup menelahkan, panas terik matahari yang cukup menyengat, membuat keringat tidak pernah kering. Tapi demi kepentingan bangsa dan negara dan partisipasi dalam menjalankan tugas negara pastilah semua tim berjalan kompak. Para pengajarpun dengan penuh semangat selalu mendampingi peserta pelatihan dengan sangat hati-hati dan siap mengajari atau memperbaiki apabila ada kesalahan penulisan pada dokumen pada peserta.

Setelah kegiatan tryout berakhir, masing-masing peserta satu persatu masing kelas. Uya salah satu pengajar (instruktur daerah), pun menyiapkan untuk materi evaluasi dan diskusi hasil try out. Namun apa yang terjadi, huuup.... salah satu peserta "cekikikan.." lalu tiba-tiba menangis.... seperti orang kesurupan. Belum selesai mengobati yang satu, eh peserta yang lain juga ikut kesurupan, dan berturut-turut sampai enam orang peserta kesurupan. Panitia pelatihan pun dibikin pusing tujuh keliling. Untungnya ada orang yang bisa mengobati, dan satu per satu orang yang kesurupan terobati. Panitiapun lega. Eh.... satu orang yang baru sembuh.... kesurupan lagi, waduh.... Dengan kesabaran, sang pawang pun bisa mengobati peserta yang kena kesurupan tersebut.

Selidik punya selidik, ternyata dulu ada orang yang meninggal, yang dipenggal kepalanya dan dibuang ke sungai Cisadane. Dan memang tidak heran, sekolah yang berada di tepi sungai Cisadane bisa dibilang cukup angker. Bila pikiran seseorang sedang kosong, memang makhluk halus akan senantiasa nimbrung di badan kita. Ah, nih hantu mau tau aja nih kegiatan pelatihan SP2010. Hihi... serem....

Mudah-mudahan kegiatan Sensus Penduduk 2010 tidak seseram itu....!!!
Salam Sensus Baca Selengkapnya...

Artikel Terkait