Kantor Badan Pusat Statistik menjadi sasaran dari amuk massa. Kantor itu dibakar. Namun, belum diketahui apakah ada korban dalam insiden itu.
Dari data yang dihimpun, massa kedua kubu masih terus bentrok. Bahkan akses jalan dari dan keluar dari Tolikara saat ini sudah diblokir. Aktivitas perekonomian sejak bentrok kedua kubu meledak, hingga saat ini lumpuh. Sejumlah pertokoan dan perkantoran memilih tutup, menghindari resiko terimbas dari bentrokan.
Dua kubu yang bertikai adalah pendukung dua calon Bupati yang diusung Partai Golkar dan Demokrat.
Pembakaran kantor BPS setempat, terjadi Rabu 15 Februari sekitar pukul 11.00 WIT. Kebakaran ini mengakibatkan beberapa inventaris kantor hangus seperti, 1 buah motor Kawasaki, 1 buah genset, 1 unit komputer, 1 laptop kantor, semua meja dan kursi. Serta semua dokumen-dokumen, kantor terbakar habis semua. Kerugian belum dapat ditaksir. Namun, Semua staf BPS dalam keadaan aman.
Kepala BPS Provinsi Papua, Djarot Sutanto ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. "Kantor kami di Tolikara dibakar, sejumlah dokumen penting hangus dan bangunan juga rata dengan tanah," kata Djarot.
Namun, sambung Djarot, para karyawan yang bekerja di Kantor BPS setempat semua selamat. "Para karyawan langsung mengamankan diri ke Markas Polres setempat," jelasnya.
Kapolres Tolikara AKBP Rahmat Siregar ketika dikonfirmasi membenarkan adanya bentrok antar dua kubu akibat proses Pemilukada. "Ya, bentrok antara pendukung kandidat calon Bupati John Tabo/H Edi Suyanto dengan Usman Wanimbo/Amos Jikwa," singkatnya.
Mengenai apakah ada korban dan kronologis kejadian, Kapolres belum bersedia mengungkapkannya.
Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw ketika dikonfimasi juga membenarkan ada peristiwa tersebut. "Saya lagi di Tolikara saat ini sedang rapat membahas situasi disini, nanti dihubungi lagi ya," ucap Waterpauw.
Saat ini proses Pemilukada di Tolikara sudah memasuki minggu tenang. Dan pada Jumat 17 Februari akan dilangsungkan pencoblosan. (sj)
Direktur Eksekutif Imparsial Poengki Indrati mengatakan memang ada pembakaran kantor BPS di Karubaga, Ibu Kota Kabupaten Tolikara, Papua akibat adanya clash di antara pendukung calon bupati. "Saya belum dapat kabar apakah ada korban meninggal atau tidak," kata Poengki, di Jakarta, Rabu (15/2).
Namun, tambah dia, kasus-kasus seperti ini marak terjadi di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena demokrasi dipahami hanya sebatas prosedural, bukan substansi. "Ongkos demokrasi mahal, miliaran rupiah, membuat kekerasan menjadi kelaziman," katanya.
Parpol harus bertanggung jawab dan memerintahkan kepada kandidat-kandidat mereka agar mengajarkan politik damai pada rakyat. Di Papua, selain Tolikara, kasus kekerasan berdarah juga pernah terjadi di Ilaga, Kabupaten Puncak, ketika Partai Gerindra memunyai dua calon bupati Kabupaten Puncak. Akibatnya, tambah dia, belasan orang meninggal dunia, puluhan luka-luka, dan rumah serta mobil dibakar massa pendukung calon bupati yang bertikai. eko/P-3
Sumber : Vivanews.com, KoranJakarta.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar