Ukuran kemiskinan merupakan suatu pertimbangan yang nyata untuk melihat pelaksanaan pembangunan. Pemberantasan kemiskinan meninggalkan tantangan utama bagi para pengambil keputusan. Lebih jauh, suatu titik pandang integratif yang secara simultan mempertimbangkan isu-isu pembangunan, penggunaan sumber daya dan kualitas lingkungan, serta kesejahteraan rakyat harus diambil jika progres yang berkelanjutan ingin dicapai. Indeks kemiskinan menangkap prevalensi kemiskinan dengan mengukur proporsi penduduk yang konsumsinya (atau ukuran baku hidup yang lebih layak lainnya) berada di bawah garis kemiskinan. Peningkatan di dalam indikator ini mengakibatkan bertambah buruknya situasi kemiskinan dengan semakin membesarnya proporsi penduduk yang jatuh di bawah garis kemiskinan.
Secara umum, indikator ini berkaitan dengan banyak ukuran pembangunan yang lain, misalnya, angka migrasi neto, angka melek huruf, PDB per kapita, dan penduduk di bawah garis kemiskinan di daerah kering. Secara khusus, indeks kemiskinan (Head Count Index) berasosiasi erat dengan Indeks Kesenjangan Kemiskinan (Poverty Gap Index) dan kwadrat Indeks Kesenjangan Kemiskinan yang menangkap secara sukses aspek yang lebih mendetil mengenai situasi kemiskinan. Indeks kemiskinan mengukur seberapa jauh/luas kemiskinan yang terjadi, Indeks kesenjangan kemiskinan mengukur seberapa miskin si miskin tersebut, dan Kwadrat indeks kesenjangan kemiskinan mengukur beratnya kemiskinan dengan memberi bobot lebih pada yang termiskin dari yang miskin.
Suatu ukuran kemiskinan adalah suatu ringkasan statistik tentang kesejahteraan ekonomi dari kaum miskin di masyarakat. Tidak satu pun ukuran tunggal kemiskinan yang diterima secara universal. Untuk menghitung ukuran kemiskinan, beberapa pertanyaan berikut yang berkait
dengan pengidentifikasian dan penentuan si miskin harus ditujukan pertama pada:
i) Bagaimana kita mengukur kesejahteraan ekonomi individu?
ii) Pada level ukuran kesejahteraan yang mana seseorang dikatakan miskin?
Indeks kemiskinan (H) merupakan proporsi penduduk yang kesejahteraan ekonominya (y) kurang dari garis kemiskinan (z). Jika q orang dinyatakan miskin di dalam populasi sebesar n maka H=q/n. Untuk menghitung Indeks kemiskinan, perkiraan kesejahteraan ekonomi individual dan garis kemiskinan diperlukan.
i) Mengukur kesejahteraan individual:
Ada beragam pendekatan untuk mengukur kesejahteraan. Pendekatan tersebut berbeda dalam kepentingan yang tersentuh oleh penilaian individual mengenai kemakmuran/kesejahteraan versus konsep kesejahteraan yang diputuskan sebelumnya oleh pihak lain.
Pembuat harus fokus pada pengukuran konsumsi individual dari sekeranjang belanja barang dan jasa. Sebuah contoh sebelumnya, kesejahteraan ditentukan oleh tingkat masukan (intake) nutrisi, meski orang tidak hidup bergantung pada makanan semata, atau membuat makanan semata-mata sebagai pilihan berdasarkan nutrisi. Berbagai pendekatan dalam prakteknya juga berbeda
menurut seberapa sukarnya untuk mendapatkan jenis data tertentu untuk set tertentu pula.
Salah satu macam cara orang memperbandingkan kemiskinan di negara berkembang adalah memberikan bobot lebih pada hasil yang dicapai,
konsisten dengan perilaku orang miskin di dalam suatu masyarakat tertentu. Ukuran konsumsi yang komprehensif (misalnya, total pengeluaran untuk seluruh barang dan jasa yang dikonsum, termasuk barang-barang yang tak dipasarkan/non-market, seperti konsumsi dari produk pertanian sendiri) telah lama populer daripada penggunaan pendapatan yang berlaku, di dalam literatur pembangunan. Ini berkenaan dengan fakta bahwa pendapatan lebih susah diukur secara akurat. Konsumsi yang berlaku juga memberi indikasi yang lebih baik daripada pendapatan yang berlaku dari tipikal rumah tangga, dalam jangka panjang dan menurut tingkat kesejahteraan ekonomi tertentu; pendapatan bisa sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu, khususnya dalam ekonomi perdesaan.
Beberapa metode berikut ini dapat digunakan untuk mengukur baku hidup (standard of living) individual:
• Konsumsi per ekivalen lelaki dewasa:
Karena rumah tangga berbeda dalam ukuran dan komposisi, suatu perbandingan sederhana dari konsumsi agregat rumah tangga dapat memberikan arah yang salah (misleading) tentang kesejahteraan individual anggota rumah tangga. Oleh karena itu, untuk setiap rumah tangga yang ada, suatu skala yang ekivalen digunakan untuk mendekati banyaknya orang dewasa tunggal, berdasarkan perilaku konsumsi yang diobservasi. Ada sejumlah penentuan (judgement) nilai yang merasuk (embeded) dalam praktek ini; sebagai contoh, perbedaan kebutuhan direfleksikan dalam konsumsi. Perempuan dewasa dan anak-anak ditentukan ekivalen dengan laki-laki kurang dari 1 (satu), karena mereka mengkonsumsi kurang; namun demikian, itu tak berarti bahwa mereka mempunyai kebutuhan yang lebih rendah, tetapi lebih kurang kuat di dalam rumah tangga. Eksistensi ukuran ekonomi dalam konsumsi mungkin juga berarti bahwa 2 orang akan hidup lebih murah secara bersama daripada hidup terpisah.
• Kurang nutrisi/gizi:
Ini adalah konsep yang berbeda, meski berkait erat dengan kemiskinan. Kurang gizi dapat dipandang sebagai tipe tertentu dari kemiskinan, disebut kemiskinan energi makanan. Ada banyak argumen untuk menghadapi penggunaan indikator ini sebagai suatu ukuran kemakmuran. Keuntungan praktisnya adalah bahwa ukuran ini tidak perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi dan tidak dibatasi oleh ketidakcukupan data harga. Ukuran status gizi anak dapat membantu menangkap aspek kesejahteraan, seperti distribusi dalam rumah tangga yang tidak cukup direfleksikan dalam indikator lain. Namun demikian, nutrisi bukan satu-satunya aspek yang berkenaan dengan kemakmuran/kesejahteraan rakyat, termasuk kaum miskin.
Jadi, perbandingan kemiskinan yang semata-mata berdasarkan pada nutrisi boleh jadi akan terbatas dan memperdaya/memberi arrah yang keliru.
ii) Menentukan garis kemiskinan:
Dalam praktek, ada banyak alternatif pendekatan untuk menentukan garis kemiskinan:
• Garis kemiskinan absolut:
Garis kemiskinan absolut adalah sesuatu yang nilai tetap, dalam hal baku hidup, yang digunakan (konsumsi, nutrisi). Ia tetap bagi seluruh domain yang diperbandingkan, maka, suatu garis kemiskinan yang menjamin kesamaan tingkat kesejahteraan ekonomi akan digunakan untuk mengukur dan membandingkan kemiskinan lintas provinsi atau situasi yang berbeda. Garis kemiskinan mungkin masih tetap beragam, namun hanya untuk mengukur perbedaan dalam biaya pada tingkat kesejahteraan tertentu. Garis kemiskinan absolut lebih dikenal dalam literatur negara-negara berkembang.
Pendekatan yang sering dilakukan untuk menentukan garis kemiskinan absolut adalah dengan memperkirakan biaya dari setiap wilayah pada setiap waktu di mana sekeranjang barang dibutuhkan untuk mencapai kebutuhan konsumsi dasar (ini disebut pendekatan kebutuhan dasar/basic needs approach). Komponen kebutuhan dasar yang paling penting adalah suatu usulan tentang besarnya energi makanan yang dimasukkan/supplied, ditambah dengan barang bukan makanan yang esensial. Untuk mengukur energi makanan yang dibutuhkan, perlu dibuat satu asumsi mengenai tingkat aktivitas yang berkaitan dengan energi yang diperlukan untuk memelihara tingkat metabolisme tubuh ketika istirahat. Sekali masukan energi makanan ditentukan, dan biayanya dihitung, sejumlah pengeluaran untuk barang bukan makanan perlu ditambahkan dengan menemukan tingkat jumlah pengeluaran di mana seseorang secara tipikal mencapai komponen makan dalam garis kemiskinan.
Suatu alternatif pengeluaran uang (rendah) untuk barang bukan makanan adalah dengan menggunakan rata-rata pengeluaran untuk barang bukan makanan yang dikeluarkan seseorang yang dapat sekedar mencapai komponen makanan pada garis kemiskinan: ini dapat dibuktikan bahwa ini adalah batas bawah yang beralasan bagi komponen bukan makanan pada garis kemiskinan.
• Garis kemiskinan relatif: Ukuran ini mendominasi literatur negara-negara berkembang di mana banyak studi menggunakan garis kemiskinan yang diset/ditentukan, misalnya 50 persen dari rata-rata pendapatan nasional. Bila garis kemiskinan tetap sebagai proporsi terhadap rata-rata nasional, jika seluruh pendapatan meningkat oleh proporsi yang sama; itu berarti ukuran kemiskinan tidak akan berubah. Ini dapat membuat garis kemiskinan menipu (memberi arah yang keliru) untuk beberapa tujuan, seperti untuk penilaian apakah orang miskin kondisinya bertambah baik atau buruk. Perbandingan lintas 36 negara, baik negara maju maupun berkembang, menunjukkan bahwa garis kemiskinan sesungguhnya akan cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, tapi kenaikan tersebut
berlangsung lamban di negara-negara termiskin. Oleh karena itu, konsep kemiskinan absolut, lebih relevan digunakan di negara-negara berpendapatan rendah, sementara itu konsep kemiskinan relatif lebih relevan digunakan untuk negara-negara berpendapatan tinggi.
Dalam praktek, kebanyakan aplikasi di negara berkembang telah menggunakan konsumsi per orang. Ini mungkin terlalu menekankan keluasan cakupan kemiskinan tersebut karena kemiskinan berasosiasi dengan ukuran keluarga yang lebih besar. Tetapi aspek lain dari profil
kemiskinan (seperti penilaian untuk wilayah atau profil kemiskinan sektoral) cenderung lebih kokoh sebagai pilihan ukuran.
Penting dicatat bahwa adanya sejumlah tertentu nilai arbitrer dan nilai yang ditetapkan adalah sesuatu yang tak dapat dihindarkan dalam menentukan kesejahteraan individu dan garis kemiskinan. Oleh karena itu, keseluruhan penilaian situasi kemiskinan harus memperhatikan pada bagaimana pilihan yang dibuat mempengaruhi perbandingan kemiskinan, karena ini semua berimplikasi pada kebijakan. Praktek yang makin bertambah biasanya adalah menghitung kembali ukuran kemiskinan menggunakan beragam garis kemiskinan, dan menguji apakah perbandingan kemiskinan kualitatif kuat untuk dipilih.
Perlu dicatat bahwa ada beberapa masalah perbandingan lintas negara dalam menggunakan data dari survei rumah tangga. Sebagai tambahan, definisi kemiskinan kadang tak ada di suatu negara dan beragam dari satu negara ke negara yang lain. Masalah ini semakin berkurang seiring meningkatnya perbaikan metodologi survei dan menjadi lebih baku, meski masalahnya masih tetap ada.
sumber : indikator pembangunan berkelanjutan
Numpang Gan
BalasHapushttp://openmind-hajiji.blogspot.com/2011/02/sekilas-tentang-angka-kemiskinan.html
saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan
saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan